Pemahaman akan teknik berenang yang baik, fisiologi dan biomekanik tubuh saat berenang, serta panduan berenang dari aspek kesehatan yang tepat adalah penting untuk diketahui agar meminimalkan risiko dan mengoptimalkan manfaatnya. Dengan berbagai modifikasi dan perhatian, berenang juga aman bagi penderita penyakit jantung yang stabil atau yang berisiko rendah.
Berenang adalah suatu bentuk olahraga aerobik yang unik dan berbeda dari jenis olahraga di darat (seperti lari) pada berbagai aspek, meliputi medium, posisi tubuh, pola pernapasan, adaptasi sistem jantung dan pembuluh darah, serta kelompok otot yang digunakan.
Beban berupa air merupakan faktor utama yang menentukan perubahan fisiologi tubuh pada saat berenang. Berenang merupakan suatu bentuk latihan endurance yang membutuhkan koordinasi berbagai otot secara dinamis dan ritmis, ditunjang dengan performa jantung dan pernapasan yang optimal (Tanaka H, 2009).
Meski pun demikian, jumlah massa otot yang terlibat saat berenang relatif lebih kecil dibandingkan pada jenis olahraga darat seperti olahraga permainan dengan komponen lari di dalamnya.
Selain itu, berenang merupakan jenis olahraga low impact, yang ditandai dengan pembebanan berat badan maupun gravitasi yang rendah sehingga menimbulkan stres minimal pada sendi. Hal ini yang membuat olahraga ini sangat direkomendasikan bagi populasi usia lanjut, penderita kegemukan, mereka yang sedang pemulihan cedera tulang, penderita dengan keterbatasan gerak sendi seperti pengapuran lutut (osteoarthritis), dan tentunya penderita penyakit jantung yang stabil.
Meskipun berenang merupakan olahraga yang ramah terhadap sendi dan otot, namun olahraga ini bersifat intens bagi aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta sistem pernapasan. Sehingga tidak jarang kasus serangan jantung maupun sesak napas (termasuk serangan asma) terjadi saat pasien sedang berenang. Oleh karena itu, pada jaman dulu berenang tidak dianjurkan bagi penderita penyakit jantung dan paru.
Namun berbagai penelitian terbaru menunjukkan bahwa berenang sangat bermanfaat untuk menunjang kebugaran jantung dan pembuluh darah, serta aman dan direkomendasikan bagi penderita penyakit jantung stabil, selama dilakukan dengan kaidah yang benar dan diawali dengan konsultasi ke dokter.
Beban air yang harus dihadapi saat berenang akan menyebabkan gaya kompresi terhadap kapasitas pembuluh darah tubuh. Hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah aliran darah balik yang masuk ke dalam jantung, dan berarti peningkatan pula pada volume darah yang harus dipompakan oleh jantung dalam setiap menitnya (curah jantung).
Adanya efek pengerutan pada pembuluh darah kulit selama berenang (water induced skin wrinkling) turut meningkatkan aliran darah balik menuju jantung. Besarnya curah jantung ini ditentukan oleh 2 hal yaitu detak jantung per menit dan besarnya volume darah yang dipompakan jantung.
Peningkatan curah jantung saat berenang mencapai 30-60%, tergantung pada intensitas dan lamanya. Semua jenis olahraga umumnya akan meningkatkan curah jantung, namun peningkatannya pada berenang lebih disebabkan oleh adanya penambahan aliran darah balik ketimbang peningkatan detak jantung yang mencolok seperti halnya pada saat berlari. Hal ini tentunya lebih ramah bagi jantung, karena detak jantung yang tinggi akan menyebabkan kebutuhan konsumsi oksigen jantung yang tinggi pula selama berolahraga.
Suhu air turut menentukan perubahan fisiologi saat berenang. Berenang di air hangat (suhu >32°) berkaitan dengan peningkatan detak jantung dan penumpukan kadar asam laktat yang lebih tinggi. Asam laktat merupakan produk sisa metabolisme, dimana penumpukannya pada otot akan menimbulkan rasa lelah.
Berenang di air dingin (suhu <20°) akan berdampak pada peningkatan lebih pada aliran balik ke jantung dan tekanan darah dikarenakan pengerutan pembuluh darah kulit, serta kadar katekolamin yang tinggi di dalam darah. Katekolamin merupakan hormon pemacu saraf dan darah, umumnya sebagai respon terhadap adanya stres biokimiawi.
Berenang di air bersuhu sedang (suhu ruangan sekitar 25 °C) adalah pilihan terbaik bagi untuk menunjang fisiologi tubuh. Siklus menarik-menahan napas saat berenang tidak berkaitan dengan peningkatan detak jantung maupun kadar asam laktat yang nyata.
Selain menimbulkan perubahan fisiologi saat berenang, melakukan aktivitas ini secara rutin akan menimbulkan respon adaptasi yang positif bagi jantung dan pembuluh darah, serta paru. Efek jangka panjang ini meliputi peningkatan kontraktilitas atau daya pompa jantung, penurunan detak jantung dan tekanan darah, penurunan kadar katekolamin di dalam darah, dan efisiensi fungsi paru dalam pernapasan.
Optimalisasi pompa jantung dan fungsi paru akan mendukung performa tubuh dalam beraktivitas sehari-hari sehingga lebih berdaya tahan dan tidak lekas capai atau lesu. Penurunan detak jantung maupun tekanan darah selama waktu istirahat menunjukkan efisiensi kerja jantung serta sistem kerja tubuh yang lebih rileks.
Semua efek adaptasi ini akan menurunkan angka kematian maupun kesakitan yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah pada jangka panjang. Efek positif ini didapatkan apabila aktivitas berenang dengan intensitas sedang dilakukan secara rutin 3-4 kali dalam seminggu, dengan masing-masing berdurasi 30-60 menit (optimal 150 menit per minggu).
Berenang dengan jarak tempuh jauh atau durasi lebih lama tergolong sebagai olahraga dengan intensitas berat, sehingga harus dilakukan dengan perhatian khusus bagi mereka yang berusia >50 tahun (terutama yang tidak rutin berenang) atau yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Berenang merupakan olahraga yang dapat membakar kalori dalam jumlah besar, yaitu sekitar 500-650 kalori per jam, tergantung dari berat badan, gender, tingkat metabolisme perorangan, seberapa efisien gerakan, serta intensitas dan durasi berenang. Besarnya energi yang dibutuhkan saat berenang sekitar 4 kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan lari ringan menempuh jarak yang serupa. Terdapat 2 jenis energi yang dibutuhkan saat berenang yaitu energi untuk gerakan maju dan untuk mengapungkan badan.
Besarnya kebutuhan kalori untuk gerakan maju bergantung pada efisiensi teknik berenang, sehingga konsumsi kalorinya akan semakin kecil pada perenang profesional dibandingkan pemula. Selain itu konsumsi kalori yang lebih tinggi juga diperlukan pada saat berenang dengan gaya bebas dan kupu-kupu dibandingkan pada gaya lainnya. Konsumsi kalori untuk gerakan mengapung berbanding terbalik dengan jumlah massa lemak tubuh.
Pada perenang wanita atau gemuk, kebutuhan kalori sekitar 20-30% lebih rendah dikarenakan massa lemak yang tinggi pada populasi ini. Dengan demikian, berenang rutin merupakan pilihan olahraga yang baik untuk menurunkan berat badan pada penderita kegemukan. Penurunan berat badan telah terbukti cara yang ampuh mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah di kemudian hari.
Karena kebanyakan anak-anak menyukai aktivitas air, mengenalkan olahraga berenang bagi anak-anak yang gemuk adalah cara yang efektif dan menyenangkan untuk menurunkan berat badan mereka. Bukankah inti olahraga itu adalah menyehatkan dan menyenangkan? Selamat berenang dan salam jantung sehat.
Nah untuk kalian yang ingin berminat untuk berenang kalian bisa Les renang bandung di SenSen Swimming School. SenSen Swimming School adalah salah satu penyedia jasa Les renang bandung, yang merupakan tempat yang tepat untuk memulai belajar berenang bagi anak anak maupun dewasa, SenSen Swimming School atau dapat disingkat S2SS merupakan badan usaha dibidang jasa Kursus Renang guna menyediakan tenaga pelatih bagi siapapun yang ingin belajar berenang. S2SS memiliki pelatih yang telah memiliki pengalaman dan memiliki kepribadian yang baik dan menarik khususnya untuk melatih anak anak.